matraciceni.com

Menperin Buka Suara Respons Kabar Sritex Terancam Bangkrut

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang (Isal/)
Menperin Agus Gumiwang - Foto: Menteri Perindustrian Agus Gumiwang (Isal/)

Jakarta -

Industri tekstil Indonesia tengah dilanda badai dahsyat, bahkan hingga perusahaan-perusahaannya terancam bangkrut. Salah satunya ialah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang dikenal sebagai produsen seragam militer.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, perlu dipelajari lebih lanjut alasan yang membuat raksasa tekstil itu kini terancam bangkrut. Menurutnya, kondisi ini belum tentu menggambarkan industri tekstil RI secara keseluruhan saat ini.

"Ya itu harus kita pelajari kenapa bangkrut," kata Agus Gumiwang, di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, per Desember 2023 tercatat kewajiban SRIL mencapai US$ 1,60 miliar atau Rp 26,24 triliun (kurs Rp 16.400), naik dibandingkan dengan 2022 yang sebesar US$1,54 miliar. Rinciannya, liabilitas jangka pendek sebesar US$ 113,01 juta sementara liabilitas jangka panjang sebesar US$ 1,49 miliar.

Di samping itu, juga ramai kabar tentang badai pemutusan hubungan kerja (PHK) menerpa pabrik tekstil. Sepanjang tahun 2024 saja, kabarnya ada sebanyak 13.800 karyawan yang telah menjadi korban PHK. Meski begitu, menurut Agus masih perlu dipastikan lagi penyebab dari bangkrutnya raksasa tekstil itu.

ADVERTISEMENT

"Kita musti lihat model bisnisnya seperti apa Sritex Grup itu. Apakah murni karena tekstil atau karena ada masalah-masalah yang lain," terang Agus.

Agus juga menilai, hingga saat ini industri manufaktur masih dalam kondisi yang resilient. Meski ada tantangan besar seperti pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi menurutnya industri masih tetap bisa beradaptasi.

"Berkaitan pelemahan rupiah, industri atau manufaktur resilient. Pada dasarnya seperti itu, memang ada challenge tapi saya kira resilient-nya cukup tinggi," ujar dia.

Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga telah buka suara tentang badai PHK yang tengah menerpa sejumlah industri di Tanah Air. Menurutnya, kebanyakan dari perusahaan yang rentan terdampak ialah yang angka ekspornya menurun akibat gonjang-ganjing ekonomi global.

"Perusahaan-perusahaan yang produksinya berkurang karena ekspornya berkurang karena kondisi ekonomi global yang tidak bisa dihindarkan itu. Dan mungkin ada pengaruh juga ya isu tentang Palestina-Israel juga mengurangi produksi Perusahaan," ujarnya.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi sebelumnya juga pernah mengungkapkan, 10 perusahaan tekstil Tanah Air tercatat telah melakukan PHK massal hingga sepanjang 2024 ini. Enam di antaranya melakukan PHK besar-besaran karena penutupan pabrik, sedangkan empat sisanya dilakukan untuk efisiensi jumlah pegawai.

Menurutnya, sedikitnya terdapat 13.800an karyawan yang ter-PHK dari 10 perusahaan tersebut. Sayang, dari jumlah tersebut hanya segelintir pekerja yang sudah mendapatkan kepastian terkait pemberian pesangon.

"Untuk uang pesangonnya yang sudah beres, selesai sampai dengan negosiasi itu hanya grupnya Sritex sama dengan PT Sai Apparel," kata Ristadi saat dihubungi , Kamis (13/6/2024).

"Nah yang belum beres sampai sekarang itu seperti di PT Alenatex, Bandung, kemudian grup Kusuma di Karanganyar, kemudian PT Dupantex di Jawa Tengah belum selesai. Belum jelas untuk hak pesangonnya," tambahnya lagi.

(shc/kil)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat