matraciceni.com

Rupiah Keok Ditekuk Dolar AS, Menperin Optimistis Industri Kuat Cegah PHK

Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Dolar AS - Foto: Agung Pambudhy

Jakarta -

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Dalam pembukaan perdagangan awal pekan ini dolar AS kembali perkasa terhadap Rupiah dan menguat 13 poin atau 0,08% ke Rp 16.454.

Tidak hanya itu, industri tekstil juga tengah terancam badai pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penurunan permintaan ekspor dan penjualan domestik dalam beberapa waktu terakhir. Lalu, apakah pelemahan rupiah bisa mendorong PHK terjadi?

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tetap optimistis industri atau manufaktur masih kuat untuk tidak melakukan PHK. Menurutnya, industri terbilang memiliki resiliensi yang cukup atau masih bisa beradaptasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berkaitan pelemahan rupiah, industri atau manufaktur resilience. Pada dasarnya seperti itu," kata Agus, ditemui di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024).

Di samping itu, ia tak menampik bahwa beberapa perusahaan manufaktur tengah berjuang menghadapi tantangan besar. Hal ini terutama di industri tekstil, seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang terancam bangkrut. Meski begitu, kondisi tersebut belum tentu menggambarkan industri tekstil RI secara keseluruhan saat ini.

ADVERTISEMENT

"Memang ada challenge, tapi saya kira resilience-nya cukup tinggi," ujar dia.

"Itu harus kita pelajari kenapa bangkrut. Kita musti lihat model bisnisnya seperti apa Sritex Grup itu. Apakah murni karena tekstil atau karena ada masalah-masalah yang lain," sambungnya.

Sebagai tambahan informasi, badai PHK tengah menghantui industri tekstil. Sepanjang tahun 2024, disebut-sebut ada 10 perusahaan tekstil Tanah Air tercatat telah melakukan PHK massal dan setidaknya ada 13.800 karyawan yang telah menjadi korban.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah membenarkan bahwa saat ini industri tekstil tengah dilanda 'badai'. Menurutnya, kebanyakan dari perusahaan yang rentan terdampak ialah yang angka ekspornya menurun akibat gonjang-ganjing ekonomi global.

"Perusahaan-perusahaan yang produksinya berkurang karena ekspornya berkurang karena kondisi ekonomi global yang tidak bisa dihindarkan itu. Dan mungkin ada pengaruh juga ya isu tentang Palestina-Israel juga mengurangi produksi Perusahaan," kata Ida, ditemui di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Atas kondisi ini, pihaknya terus melakukan dialog dengan perusahaan-perusahaan yang berada di dalam lingkup tersebut. Kementerian Ketenagakerjaan juga berupaya untuk membantu mencarikan jalan keluar.

"Jika ada perusahaan yang akan melakukan PHK, tentu yang kami dorong adalah benar-benar PHK itu sebagai jalan terakhir. Upaya-upaya yang lain kita minta untuk terus dilakukan, efisiensi, kemudian mengedepankan dialog, itu tetap kita dorong benar-benar," tegasnya.

Ida juga mengklaim, tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang sudah punya tanda-tanda akan mengalami PHK memilih untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan Kemnaker. Menurutnya ari hasil komunikasi itu, banyak yang memilih tidak jadi melakukan PHK.

Namun demikian, apabila setelah upaya-upaya tersebut dilakukan tetapi perusahaan terkait tetap mengambil langkah PHK, pihaknya akan memastikan gar hak-hak pekerja terpenuhi.

(shc/kil)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat