matraciceni.com

Pasar Kecewa Bikin Rupiah Melemah 6,58% Sejak Awal Tahun

Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Dolar AS dan Rupiah - Foto: Agung Pambudhy

Jakarta -

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sejak awal tahun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan biang kerok pelemahan ini. Menurut dia hal ini terjadi karena ada kekecewaan yang terjadi di pasar yang menimbulkan pelemahan nilai tukar.

Sri Mulyani mencatat pada bulan Mei ini Rupiah telah melemah 6,58% ke level Rp 16.431 per Dolar AS sejak awal tahun. Jumlah itu menurutnya cukup baik dibandingkan mata uang negara-negara berkembang lainnya.

Dia menyebut Real Brasil paling parah melemahnya hingga 6,58%. Dia juga menyebutkan Jepang saat ini menjadi salah satu negara dengan pelemahan terbesar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rupiah terdepresiasi 6,58%. Tapi ini comparable dengan beberapa negara emerging lain," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (27/6/2024).

Perihal kekecewaan investor di pasar, Sri Mulyani mengungkapkan hal itu dipicu oleh suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang saat ini tak kunjung mengalami penurunan. Padahal, pasar mengharapkan ada penurunan besar suku bunga tahun ini, nyatanya belum ada.

ADVERTISEMENT

Hal itu yang membuat pasar melakukan capital outflow di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang pada ujungnya menekan nilai tukar. Hal ini sangat kentara terjadi di bulan April.

"Dari global adanya sentimen makin confirm bahwa Fed Rate tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang diharapkan market, market berharap ada penurunan 4-5 kali tahun ini ternyata Fed Fund Rate stabil di 5,5%, bahkan optimisnya cuma sekali turunnya akhir tahun ini," beber Sri Mulyani.

"Ini lah yang membuat ekspektasi market kecewa, tidak tersampaikan, kemudian menimbulkan reaksi," lanjutnya.

Sementara itu di bulan Mei, Sri Mulyani mengungkapkan ada faktor domestik yang melemahkan nilai tukar. Sayangnya dia tak menyebutkan apa sentimennya.

"Kemudian Mei ada faktor domestik kita dan menyebabkan Dollar Index mengalami penguatan dan depresiasi mata uang," sebut Sri Mulyani.

Dia mencatat sejak awal tahun hingga sekarang ada capital outflow senilai Rp 42,37 triliun di pasar SBN dan Rp 6,14 triliun di pasar saham.

"Total outflow di bulan Juni mencapai Rp 9,3 triliun (pasar SBN dan saham), ini yang harus diwaspadai," ujar dia.

Simak juga Video: Ekonom: Dukung Produk Lokal Bisa Selamatkan Nilai Tukar Rupiah

[Gambas:Video 20detik]



(hal/kil)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat