matraciceni.com

Ada Peran Penting Peternak Sapi di Balik Ketahanan Pangan RI

Peternak sapi perah
Foto: Istimewa

Jakarta -

Peternak sapi perah ternyata punya peran penting untuk menciptakan ketahanan pangan Indonesia. Sebab, sapi bisa menghasilkan susu yang menjadi sumber nutrisi sekaligus berkontribusi pada rantai ekonomi dan sosial guna menyokong kesejahteraan masyarakat khususnya tingkat tapak.

Kendati demikian, jumlah konsumsi susu oleh masyarakat Indonesia ternyata masih belum memenuhi standar Food and Agriculture Organization (FAO). Tercatat pada tahun 2020, jumlah konsumsi susu masyarakat Indonesia baru sekitar 16,27 kg/kapita atau setara dengan 46 ml/kapita/hari.

"Sedangkan menurut FAO, tingkat konsumsi tersebut paling tidak sekitar 85 ml/kapita/hari. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian tahun 2020 menyebutkan, produksi susu Indonesia sebesar 2,6 juta liter/hari hanya mampu menyuplai 22-23% kebutuhan konsumsi susu nasional. Untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, negara sangat bergantung pada susu bubuk impor," tulis Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam keterangannya, Sabtu (29/6/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut organisasi nirlaba tersebut, hal ini dikarenakan sebagian besar peternak sapi perah lokal belum memiliki kemampuan dalam praktik peternakan yang baik, belum melakukan investasi pada infrastruktur, serta belum memiliki sarana produksi ternak yang berkualitas baik. Produksi susu lokal dihasilkan oleh 584.000 ekor sapi, di mana 40-50% populasi sapi merupakan sapi produktif dan didominasi peternak rakyat dengan kepemilikan 2-3 ekor sapi per peternak produktif.

YRE kemudian mengungkap, bahwa Kementerian Pertanian sebenarnya telah mengindikasikan adanya penurunan produksi susu sejak tahun 2019-2020 menjadi 947.685 ton pada tahun 2020. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan nasional, meningkatkan penghidupan para peternak sapi perah skala kecil dan memenuhi prioritas nasional dalam memerangi stunting, pemerintah telah menetapkan target untuk sektor susu dengan meningkatkan populasi sapi perah, produktivitas, kualitas susu, membuka akses pembiayaan, dan membangun kemitraan di industri.

ADVERTISEMENT

Di Indonesia, peternak sapi perah lokal menghadapi tantangan berupa rendahnya produktivitas ternak. Mulai dari terbatasnya pengetahuan tentang praktik peternakan sapi perah yang baik, terbatasnya akses terhadap pembiayaan untuk membeli dan meningkatkan kualitas sarana produksi ternak, serta terbatasnya akses terhadap praktik dan teknologi pengelolaan limbah.

"Faktor lain yang menjadi tantangan adalah produksi susu yang menurun akibat adanya wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) yang berdampak pada kematian sapi dan produksi susu menurun hingga 40%. Selain itu, sanitasi yang buruk pada kandang sapi akibat kotoran yang tidak dikelola menimbulkan dampak pencemaran air dan tanah, serta gas rumah kaca. Berbagai keterbatasan yang dihadapi peternak tersebut berpengaruh pada rendahnya kualitas susu yang dihasilkan," tulis YRE.

Di Indonesia, peternak sapi perah pun sangat bergantung pada koperasi lokal dalam hal pendanaan, pengelolaan bisnis, dan berbagi pengetahuan.

Meskipun demikian, koperasi lokal juga menghadapi tantangan serupa yaitu terbatasnya kapasitas pengelolaan peternakan dan kesehatan, model bisnis, pengelolaan keuangan dan organisasi. Walhasil karena ketergantungan ini, intervensi perlu dilakukan pada kedua pihak.

Salah satu solusinya dihadirkan Yayasan Rumah Energi (YRE), Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM), Danone Ecosystem dan PRISMA. Sejak tahun 2023 mereka telah menjalankan program kolaborasi Local Milk Sourcing (LMS) yang menyasar peternak lokal dan koperasi di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Direktur Eksekutif Yayasan Rumah Energi, Sumanda Tondang, menjelaskan program LMS memiliki beberapa sasaran spesifik, diantaranya, pertama, Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan bagi koperasi dan peternak dalam praktik peternakan yang baik dan peningkatan bisnis susu. Kedua, penguatan infrastruktur untuk memperkuat pengelolaan usaha susu segar, pencatatan digital terkait susu, ternak dan kesehatan hewan.

Ketiga, uji coba dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kualitas kerja peternak. Keempat, peningkatan pengelolaan lingkungan bagi peternak sapi perah skala kecil melalui biogas untuk mengurangi limbah kotoran ternak dan emisi metana.

Sumanda menjelaskan sejak proyek dimulai pada Januari 2023, LMS telah melakukan intervensi pada penerapan Praktik Peternakan Sapi Perah yang Baik atau Good Dairy Farming Practices.

"Melalui program LMS ini kami memberikan pelatihan dan pendampingan intensif kepada peternak sapi perah lokal untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas susu yang dihasilkan. Selain itu, kami juga memfasilitasi 3 (tiga) koperasi lokal untuk peningkatan kapasitas melalui rangkaian kegiatan pelatihan, memberikan akses energi terbarukan biogas, serta pengadaan sarana penunjang unit pengolahan susu dan juga peternakan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa koperasi memiliki peranan penting dalam rantai bisnis susu khususnya di tingkat tapak. Harapannya program LMS ini akan membantu peternak untuk mencapai ketahanan pangan dan energi." jelas Sumanda.

Head of Climate & Stewardship Danone Indonesia Ratih Anggraeni, mengatakan bahwa dengan dukungan dan pendampingan yang tepat, peternak sapi perah lokal punya peluang besar memenuhi kebutuhan susu nasional. Pihaknya berkomitmen untuk menjadikan susu sebagai pangan bernutrisi yang mudah dijangkau masyarakat.

"Hal ini dapat tercapai dengan berbagai upaya dan adaptasi yang berfokus pada pengembangan peternak dan koperasi susu lokal juga inovasi dalam pemeliharaan sapi," pungkas Ratih.

(fdl/fdl)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat