matraciceni.com

Pengusaha Ngeluh Bisnis Makin Berat Gegara Biaya Logistik RI Termahal di ASEAN

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani (Foto: Samuel Gading/)

Jakarta -

Elemen pengusaha menilai saat ini berbisnis di Indonesia tergolong berat. Sebab salah satu komponen utama dari kegiatan bisnis yakni biaya logistik semakin memberatkan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani mengatakan bahwa dunia usaha di Indonesia kini masih penuh tantangan untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik. Sebab, pelaku usaha terkendala faktor tingginya biaya yang diperlukan untuk menjalankan bisnis (high cost of doing business)

"Jadi saya selalu masalahnya kalau saya lihat saat ini yang masih konsisten di Indonesia ini adalah high cost economy, hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara dengan biaya logistik, biaya supply chain, biaya energi, biaya tenaga kerja, dan biaya pinjaman termahal diantara negara ASEAN," kata Shinta dalam agenda Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun INDEF 2024: Presiden Baru, Persoalan Lama di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu contohnya adalah biaya logistik. Pemilik dan Chief Executive Officer (CEO) Sintesa Group ini mengatakan biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai angka 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini membuat Indonesia tidak kompetitif jika dibandingkan dengan biaya logistik di negara-negara tetangga seperti Malaysia (13% dari PDB), China (16% dari PDB) dan Singapura (8%).

Meskipun Kementerian PPN/Bappenas sudah menyatakan bahwa angka biaya logistik sudah turun di angka 14% sampai 15% dari PDB, Shinta mengatakan buktinya data Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2023 menunjukkan terdapat kelemahan signifikan dalam performa logistik di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Khususnya dari segi ketepatan waktu, kualitas layanan tracking, Dan efisiensi pelayanan internasional," jelasnya.

Menurut Shinta, situasi ini diperparah dengan situasi geopolitik di Timur Tengah. Sebab, serangan Milisi Houthi di Laut Merah membuat berbagai kapal komersil harus memutari Afrika. Fenomena ini membuat ongkos logistik naik karena terhambatnya jalur distribusi.

Adapun aspek lain yang juga menjadi perhatian adalah biaya perdagangan. Shinta mengatakan bahwa banyak pengusaha yang saat ini kinerja ekspornya turun karena sulit memperoleh bahan baku impor.

Namun, Shinta mengatakan bahwa berbagai aspek yang disebutkannya di atas memang tidak bisa dipukul rata, tidak semua sektor perekonomian terhambat hal-hal tersebut. Tapi, ia menegaskan bahwa informasi yang disampaikannya merupakan hasil dari survei dan jajak pendapat yang dilakukan APINDO dengan berbagai pengusaha.

"Mungkin ada beberapa sektor yang Tidak merasa demikian. Tapi ini sekali lagi adalah dasarnya survei dan general dari keseluruhan pengusaha yang kemudian memberikan masukannya. Jadi memang Ini menjadi disensitif buat Indonesia untuk menjadi bagian dari global value chain dan regional value chain," imbuhnya.

"Jadi kita selalu mengatakan Indonesia harus menjadi bagian dari value chain, Tapi ini juga logistik kita menjadi masalah," pungkasnya.

(das/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat