matraciceni.com

Bos Badan Pangan Bantah Impor Beras sampai 5 Juta Ton, tapi Cuma Segini

Pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog, Medan, Sumatera Utara, Selasa (28/5/2024). Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Utara menerima beras impor dari Thailand sebanyak 10 ribu ton dan dari Pakistan sebanyak 10 ribu ton. ANTARA FOTO/Yudi Manar/rwa.
Ilustrasi beras impor (Foto: ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Jakarta -

Impor beras tahun ini disebut-sebut mencapai 5 juta ton. Namun hal itu dibantah oleh Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.

Adi mengkoreksi jumlah impor beras tahun 2024. Ia mengatakan impor beras tahun ini tidak sampai 5 juta ton, tetapi hanya 3,6 juta ton.

"Nggak-nggak itu ada koreksi. Kita sebenarnya, Bulog ya itu 3,6 juta ton. Kemudian ada importasi 300 ribu ton kalau nggak salah itu yang masuknya tahun ini (kuota 2023)," kata dia kepada , ditemui di DPR RI, Selasa (25/6/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Impor tersebut dilakukan untuk mengisi Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) guna meminimalisir disparitas harga beras antar wilayah.

Arief mengatakan impor beras jenis yang khusus juga ada, namun jumlahnya tidak banyak. Impor beras khusus juga tidak masuk dalam penugasan kepada Perum Bulog.

ADVERTISEMENT

"Kemudian ada (impor) beras khusus, itu lain ya, seperti beras basmati, nggak banyak. Kalau Bulog hanya 3,6 juta ton (kuota 2024)," tegasnya.

Arief mengatakan sebenarnya pemerintah tidak mengutamakan impor untuk komoditas beras. Produksi dalam negeri tetap diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat.

Namun menurutnya rencana impor harus dilakukan untuk berjaga-jaga jika produksi dalam negeri mengalami penurunan. Karena itu dibutuhkan untuk cadangan pangan pemerintah (CPP) guna mengendalikan harga jika terjadi kenaikan.

"Ini kan kita impor untuk cadangan pangan. Kan kelihatan grafiknya produksi turun. Kalau produksi turun, kita mau tetap punya early warning system kan? 2 sampai 3 bulan ke depan kita sudah tahu, itu kan early warning system, bagus. Jangan nanti sudah kurang, baru kita ngomong perlu impor, waduh kan datenginnya lama, bongkar lama," jelasnya.

Sebelumnya, Plt Sekretaris Utama NFA Sarwo Edhy mengatakan impor beras pemerintah tahun ini akan mencapai 5,18 juta ton. Hal ini diungkapkan dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (24/6) kemarin.

"Perlu kami sampaikan bahwa sampai dengan saat ini jumlah impor beras itu 1.774.904 ton, jadi ada sekitar 1,77 juta ton. Dan rencana impor Mei sampai Desember sesuai dengan kesepakatan hasil Rakortas itu 3,4 juta ton. Jadi tahun ini kita akan impor lebih kurang 5,18 juta ton, dengan catatan tidak impor pada saat panen," ujar Plt Sekretaris Utama NFA Sarwo Edhy dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah dikutip dari YouTube Kemendagri, Selasa (25/6/2024).

Edhy menjelaskan bahwa impor memang diperlukan karena proyeksi produksi beras tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Pada periode panen Januari sampai Juni 2024 saja tercatat sudah menurun.

"Perkiraan produksi 2024 sebesar 31,5 juta ton setara beras dapat tercapai, ini belum dihitung bila terjadi banjir, kekeringan, tidak terjadi hama penyakit. Kalau itu terjadi di 31,5 juta ton bisa berkurang lagi karena periode Januari-Juni itu 2024 dibandingkan periode yang sama Januari-Juni 2023 ini, saat ini kita mengalami shortage 2,4 juta ton. Antisipasi dengan impor karena memang impor ini bukan barang haram juga dilakukan jika produksi dalam negeri kurang," pungkasnya.

(ada/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat