matraciceni.com

Kesal Gegara 20 Tahun Dapat Gaji Buta, Karyawan Ini Akhirnya...

kekompakan pekerja kantor dalam satu tim kerja. detikfoto/dikhysasra
Foto: dikhy sasra

Jakarta -

Seorang karyawan asal Prancis, Laurence Van Wassenhove, menuntut perusahaan tempatnya bekerja karena selama 20 tahun karena tak pernah diberi tugas apapun alias mendapat gaji buta.

Laurence melayangkan tuntutan ini kepada Orange, perusahaan tempatnya bekerja, karena merasa mendapat perlakuan diskriminatif. Dia juga menganggap perusahaan itu melakukan pelecehan moral dengan tidak memberinya pekerjaan apapun.

Melansir dari laporan The Sun, Jumat (21/6/2024), pada awalnya Laurence direkrut sebagai pegawai negeri oleh perusahaan telekomunikasi milik negara, France Telecom, pada 1993. Kala itu perusahaan mengetahui bahwa dia memiliki kondisi medis seperti epilepsi dan hemiplegia (kelumpuhan yang terjadi pada sebagian sisi tubuh).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sekitar tahun 2000, perusahaan ini kemudian diambil alih oleh perusahaan telekomunikasi lain bernama Orange. Sejak saat itu Laurence yang pada awalnya berstatus PNS, berganti menjadi karyawan Orange.

Karena kondisi fisik dan keterbatasan yang dimilikinya, Laurence kemudian ditawari posisi sebagai sekretaris oleh Orange. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan kesehatannya.

ADVERTISEMENT

Saat itu Laurence masih bekerja dengan normal dan cukup menikmati kehidupannya. Hingga pada 2002 ia meminta untuk dipindahkan ke wilayah lain di Prancis, dan mulai dari sanalah permasalahan mendapat 'gaji buta' selama 20 tahun ini dimulai.

Sebab sekitar 2 tahun setelah kepindahannya, Orange memberikan laporan kedokteran kerja yang menegaskan kalau posisi yang didudukinya tidak cocok untuk Laurence. Akhirnya perusahaan sempat menempatkannya dalam keadaan siaga, kemudian diberi cuti sakit, sebelum akhirnya menawarkan pensiun karena kecacatannya.

Tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Laurence karena ia merasa masih sanggup untuk bekerja. Karenanya Orange tetap mempekerjakan dan membayar gajinya secara penuh meski dia tidak diberikan pekerjaan apa pun. "Digaji, di rumah, tidak bekerja bukanlah suatu hak istimewa. Sangat sulit untuk ditanggung," kata Laurence.

Lalu pada 2015 Laurence melaporkan situasi yang dialaminya itu ke pemerintah dan Otoritas Tinggi untuk Perlawanan Terhadap Diskriminasi. Ia melapor karena merasa dikucilkan karena keterbatasan fisik yang dimilikinya.

Menanggapi laporan itu, Orange diminta untuk bermediasi dengan Laurence untuk menyelesaikan konflik tersebut. Namun keadaan tidak membaik sama sekali karena ia masih saja digaji tanpa tugas yang berarti.

Pengacara Laurence, Me David Nabet-Martin, mengatakan kliennya menderita depresi karena merasa terisolasi. Kondisi inilah yang kemudian membuat kliennya itu mengundurkan diri di 2022.

"Bekerja, bagi penyandang disabilitas, berarti mendapat tempat di masyarakat. Pengakuan. Hubungan sosial yang tercipta," kata Nabet-Martin.

Di sisi lain, dalam sebuah pernyataan kepada surat kabar Prancis La Dépêche, Orange menyatakan bahwa mereka telah melakukan segala cara untuk memastikan Laurence tetap bisa bekerja dalam kondisi terbaik dan mengklaim telah mempertimbangkan situasi sosial pribadinya.

Mereka juga mengatakan sudah merencanakan pemindahan posisi yang disesuaikan dengan keadaan Laurence. Namun hal ini tidak pernah terjadi karena Laurence dilaporkan sering mengambil cuti sakit.

(fdl/fdl)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat