matraciceni.com

Investor Legendaris, Jim Simons Meninggal Dunia di Usia 86

Jim Simons
Foto: Dok. Instagram @jimsimonsofficial

Jakarta -

Investor, miliarder, matematikawan, dan dermawan, Jim Simons meninggal dunia pada Jumat (10/5/2024) di New York City. Ia meninggal di usia 86 tahun.

Jim Simons merupakan pendiri Renaissance Technologies, sebuah perusahaan manajemen investasi dengan matematika dan statistika sebagai metode pelaksanaan investasinya. Dibanding ahli matematika, Jim Simons lebih dikenal sebagai manajer hedge fund karena ia lebih banyak menghabiskan waktu dalam dunia investasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jim diketahui merupakan orang yang cinta dengan matematika sejak usia dini. Jim Simons kerap menjalani hidupnya menggunakan ilmu berhitung di berbagai aspek. Semasa hidupnya, model matematika dan statistika ia gunakan dalam melihat peluang investasi.

Lahir di Newton, Massachusetts pada 1938, Simons memperoleh gelar matematika di Massachusetts Institute of Technology. Ia menyelesaikan pendidikan doktoral matematika di University of California, Berkeley.

ADVERTISEMENT

"Matematika adalah satu-satunya subjek yang saya sukai," kata Simons dalam sebuah wawancara tahun 2015, dikutip dari CNN, Sabtu (11/5/24).

Simons sempat mengajar di MIT dan Universitas Harvard. Kemudian, melanjutkan karir mengajarnya di Institute for Defense Analyses di Princeton, New Jersey. Di sana, ia bekerja sebagai pemecah kode untuk National Security Agency.

Menurut yayasannya, pada tahun 1968, ia dipecat dari institut tersebut karena menentang Perang Vietnam. Selanjutnya, ia bergabung dengan Universitas Stony Brook sebagai kepala departemen matematika.

Setelah keluar dari dunia akademis pada tahun 1970-an, ia membangun hedge fund atau kemitraan keuangan yang menggunakan berbagai strategi demi memaksimalkan pengembalian bagi investor mereka di bawah nama Renaissance Technologies pada tahun 1982. Kemitraan tersebut membantu merintis investasi kuantitatif, strategi pasar menggunakan model matematika, dan statistika untuk mengidentifikasi peluang investasi.

"Dalam melihat pola harga, saya dapat melihat bahwa ada sesuatu yang dapat kita pelajari di sini dan ada cara untuk memprediksi harga secara matematis dan statistik," kata Simons di podcast Numberphile.

"Secara bertahap, kami membangun model dan modelnya menjadi lebih baik dan lebih baik. Akhirnya, model tersebut menggantikan hal-hal mendasar," lanjutnya.

Model komputer tersebut membantu menumbuhkan Renaissance Technologies menjadi bisnis multi-miliar Dolar. Pada kemudian hari, ia menghabiskan waktunya sebagai filantropis dan menjadi donor politik Demokrat. Sebagai filantropis, ia mendirikan The Simons Foundation.

Simons merupakan pendiri hedge fund Renaissance Technologies, yang membantu memelopori investasi kuantitatif, sebuah strategi pasar yang mengandalkan model matematika dan statistik untuk mengidentifikasi peluang investasi. Di kemudian hari, Simons menjadi donor politik dan dermawan.

Yayasan tersebut menyumbangkan dananya untuk penelitian autisme. Selain itu, The Simons Foundation juga memberikan hibah untuk pendidikan, penelitian sains, dan matematika.

Setahun sebelum meninggal, yayasan Simons menyumbangkan US$ 500 juta untuk Stony Brook. Berdasarkan Simons Foundation, Stony Brook merupakan hadiah tak terbatas terbesar untuk universitas Amerika dalam sejarah.

"Saya bergabung dengan Universitas Stony Brook pada tahun 1968 sebagai ketua Departemen Matematika mereka," kata Simons saat itu.

"Saya tahu saat itu itu adalah pusat intelektual top dengan komitmen serius untuk penelitian dan inovasi. Tetapi, Stony Brook juga memberi saya kesempatan untuk memimpin dan karenanya sangat bermanfaat untuk menyaksikan universitas tumbuh dan berkembang lebih banyak lagi," lanjut Simons.

(eds/eds)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat