matraciceni.com

Ditanya soal Kabar Sritex, Menperin: Pemiliknya Sahabat Saya

Agus Gumiwang
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita - Foto: Kementerian Perindustrian

Jakarta -

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) salah satu perusahaan tekstil Indonesia yang dikenal sebagai produsen seragam militer itu dibayangi kebangkrutan. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya masih menjalin komunikasi erat dengan Sritex untuk mempelajari apa masalah yang sedang dialami perusahaan.

Iwan Lukminto, pemilik perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara itu, disebut Agus merupakan kawan karibnya. Maka dari itu komunikasi erat sedang dilakukan untuk melihat masalah yang terjadi di Sritex.

"Sudah sering (komunikasi). Iwan (Lukminto) itu kan sahabat saya. Owner-nya sahabat saya," ujar Agus Gumiwang ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebangkrutan itu sedang kita pelajari," tegasnya.

Sritex sendiri sebelumnya sudah menyatakan bahwa perusahaan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan. Hal ini menanggapi atas kabar perseroan terlilit utang dan terancam bangkrut.

ADVERTISEMENT

"Tidak benar (Sritex dinyatakan pailit pada 2023), karena perseroan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan," kata Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Welly mengakui kinerja perusahaan saat ini memang sedang menurun. Penurunan pendapatan secara drastis mulai dari COVID-19 hingga adanya perang membuat persaingan ketat di industri tekstil global.

"Kondisi geopolitik perang di Rusia-Ukrania serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat kawasan Eropa maupun Amerika Serikat," jelasnya.

Selain itu, terjadinya over supply tekstil di China menyebabkan terjadinya dumping harga. Produk dumping tersebut, kata Welly, menyasar terutama ke negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya, salah satunya Indonesia.

"Situasi geopolitik dan gempuran produk China masih terus berlangsung sehingga penjualan belum pulih. Perseroan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha, serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan sponsor," bebernya.

Atas kondisi tersebut, Sritex telah memohon relaksasi kepada kreditur dan mayoritas disebut sudah memberikan persetujuan. Restrukturisasi melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) telah selesai dilakukan.

(hal/kil)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat