matraciceni.com

Mau Dilarang Ngiklan, Pengusaha Rokok: Ini Akan Merugikan

ilustrasi rokok
Foto: ilustrasi/thinkstock

Jakarta -

Pengusaha rokok menolak aturan terkait pelarangan iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau, termasuk rokok. Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Benny Wachjudi mengatakan larangan tersebut berpotensi alami kerugian bagi industri rokok.

Larangan iklan rokok tertuang dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kesehatan sebagai aturan pelaksana dari Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 tahun 2023. Benny menilai regulasi tersebut dapat membatasi promosi. Padahal produk-produknya termasuk produk legal dan sah di mata hukum.

"Kita padahal perlu promosi. Padahal kita produk legal secara Undang-Undang boleh promosi. Kalau dilarang iklan, tentu ini akan merugikan. Memang secara kuantifikasi kita belum menghitung potensi kerugian. tapi yang jelas akan memberikan dampak yang lebih lagi," kata Benny dalam Leaders Forum: Arah Industri Tembakau dan Pengaturan Akses Anak di Aruba Room Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024) lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benny menilai pelarangan iklan ini dapat menyuburkan edaran rokok ilegal di tengah masyarakat. Menurutnya, regulasi tersebut justru memberikan privilege pada kegiatan ilegal.

Pengetatan aturan tembakau secara menyeluruh, lanjut Benny, dapat menggerus kinerja industri rokok. Hal ini terlihat dari produksi industri rokok mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Untuk produksi rokok putih turun menjadi 10 miliar batang per tahun dari sebelumnya 15 miliar batang per tahun.

ADVERTISEMENT

"Jelas ada dampaknya. Dengan cukai aja jumlah rokok sudah turun. Rokok putih saja dari tahun 2019 masih sebesar 15 miliar, tahun 2023 terpantau di bawah 10 miliar. Pendapatan saja dengan aturan cukai sudah berkurang apalagi ditambah dengan aturan ini," imbuhnya.

Dia berharap pemerintah dapat melibatkan produsen rokok dalam menetapkan kebijakan. Sebab, dengan kebijakan ini, dia tidak bisa memprediksi arah industri rokok ke depannya.

"Kalaupun dibahas ada meaningful participation, kita dilibatkan. Bagi bisnis itu bukan hanya kerugian, misalnya soal kurs dolar naik, kita akan turun, tapi itu terprediksi. Tapi kan ini nggak bisa diprediksi ini lebih menakutkan daripada kerugian. Karena kalau pelaku usaha melihat dagang untung rugi adalah hal biasa," terangnya.

(das/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat