Industri hasil tembakau (IHT) merupakan salah satu industri yang paling sensitif atau mudah terpengaruh regulasi, terutama aturan terkait pengenaan pajak dan cukai. Bahkan aturan ini bisa sangat menentukan nilai jual rokok legal di Indonesia.
Ekonom Center of Industry, Trade and Investment INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan selama ini IHT merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak dikenakan aturan (high regulated). Bahkan menurutnya aturan-aturan ini menentukan 78% harga jual rokok legal di pasaran.
Ia mencontohkan, jika harga jual satu batang rokok Rp 100, maka Rp 78 di antaranya merupakan harga dari aturan yang dikenakan. Sedangkan Rp 22 sisanya barulah harga jual industri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Industri, IHT ini adalah industri yang sangat high regulated, jadi dari satu batang harga rokok itu 78%-nya diatur regulasi. Misalnya harganya Rp 100 (per batang), nah Rp 78 itu harga yang diatur oleh regulasi," kata Ahmad dalam acara Leaders Forum: Arah Industri Tembakau dan Pengaturan Akses Anak di Aruba Room Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024) kemarin.
Baca juga: Menebak Arah Industri Rokok RI |
Disebutkan, dari 78% harga rokok per batang tadi paling besar berasal dari regulasi terkait cukai. Barulah kemudian terkait aturan pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak lainnya.
"Jadi bayangkan regulasi bisa sangat menentukan arah perkembangan industri rokok ke depannya," tegasnya.
Meski begitu Ahmad tidak memungkiri, di bawah berbagai tekanan regulasi itu menurutnya industri rokok masih sangat berkembang di Indonesia. Bahkan saat ini industri hasil tembakau (IHT) tidak hanya menghasilkan rokok konvensional saja, tapi ada juga rokok elektrik dan berbagai produk turunan lainnya.
"Tapi industrinya tetap berjalan, berinovasi, bahkan kalau kita lihat sekarang, industri hasil tembakau itu tidak semata-mata kita berbicara rokok, tapi ada rokok elektrik, perkembangannya cukup besar dan tinggi," paparnya.
(fdl/fdl)