matraciceni.com

Kinerja Industri RI Lagi Moncer, Cuma Sektor Tembakau yang Terpuruk!

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif (Foto: Ilyas Fadilah/)

Jakarta -

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Mei 2024. Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, IKI bulan Mei ekspansif dan berada di level 52,50, naik dibanding April 2024 yang sebesar 52,30.

IKI Mei tahun ini tercatat meningkat 1,60 poin dibanding IKI Mei tahun lalu. Febri mengatakan, dari 23 subsektor yang disurvei, 22 subsektor mengalami ekspansi, dan hanya 1 subsektor kotraksi yaitu industri pengolahan tembakau.

"IKI bulan Mei 2024 mencapai 52,50. Dari 23 subsektor yang diukur IKI-nya, kami hitung ada 22 subsektor itu ekspansi. Share PDB dari 22 subsektor itu adalah 95,8%, ini artinya semua subsektor industri pengolahan non migas ini sedang giat-giatnya," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemenperin di Jakarta Selatan, Kamis (30/5/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu subsektor yang kontraksi, share PDB-ya 4,2%, ini industri pengolahan tembakau," sambungnya.

Febri menjelaskan, kontraksinya industri pengolahan tembakau baru terjadi di bulan Mei sejak IKI dirilis November 2022. Penyebabnya adalah penurunan komponen pada sisi produksi imbas beredarnya rokok ilegal.

ADVERTISEMENT

"Industri tembakau kami menyampaikan bahwa kontraksi industri pengolahan tembakau baru terjadi perhitungan IKI bulan Mei 2024. Itu disebabkan karena penurunan komponen pada sisi produksi. Kami dapat informasi dari industri hasil tembakau (IHT) itu mengurangi produksi tembakaunya karena peredaran rokok ilegal di pasar, terutama dari luar Indonesia," bebernya.

Oleh karena itu, Kemenperin meminta peredaran rokok ilegal perlu ditekan karena berdampak pada produksi industri pengolahan tembakau. Pada kesempatan itu, ia menjelaskan subsektor lain yang mengalami ekspansi di bulan Mei, padahal sebelumnya kontraksi dan menderita.

Salah satunya adalah industri tekstil yang sudah ekspansi sejak April 2024. Capaian ini berarti bahwa industri tersebut sudah mulai banyak produksi dan pesanan, baik dari pasar domestik maupun ekspor.

"Namun demikian, kami dari Kemenperin bersama asosiasi tekstil dan asosiasi TPT lain akan tetap memantau produk pakaian jadi atau tekstil yang keluar dari pelabuhan, termasuk pada penumpukan kontainer yang kemarin. Kami akan memantau bagaimana peredaran di pasaran dan dampaknya pada produksi industri tekstil dan pakaian jadi," imbuhnya.

"Begitu juga dengan industri yang mengalami relaksasi impor kemarin pada Mei ekspansif. Tapi pada beberapa bulan ke depan akan memantau bagaimana dampaknya kepada industri tersebut, seperti industri logam, elektronik, kosmetik, industri barang galian bukan logam, industri keramik, kami akan pantai seberapa jauh pelepasan penumpukan kontainer itu terhadap pesanan dan produksi," tambah dia.

Terkait IKI Mei 2024, bila dilihat dari variabel pembentuk IKI, peningkatan nilai IKI berasal dari peningkatan nilai IKI variabel pesanan baru yaitu sebesar 1,23 poin sehingga nilai IKI pesanan baru mengalami peningkatan menjadi 53,16.

Nilai IKI variabel persediaan produk juga mengalami peningkatan sebesar 0,57 poin menjadi 54,59. Berbeda dengan nilai IKI variabel lainnya, variabel produksi justru mengalami penurunan ekspansi sebesar 1,75 poin menjadi 50,01.

Pada Mei 2024, optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya 6 bulan ke depan meningkat menjadi 73,5%, dibanding 72,7% pada April 2024. Nilai ini merupakan optimisme tertinggi sejak IKI dirilis. Bahkan semua responden pelaku usaha industri Kertas & barang kertas dan Reparasi & pemasangan mesin/alat menjawab optimis.

Selanjutnya, sebanyak 20,8% pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya stabil selama 6 bulan mendatang. Angka ini menurun dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya.

Terakhir, persentase pesimisme pandangan pelaku usaha terhadap kondisi usaha 6 bulan ke depan sebesar 5,7%, menurun dibandingkan bulan April 2024 sebesar 6,3%. Nilai ini merupakan pesimisme terendah sejak IKI dirilis.

(ily/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat