matraciceni.com

Kalla Group Mau Bangun Lagi PLTA, Siapkan Duit Rp 30 Triliun!

Presiden Jokowi meresmikan PLTA Poso dan PLTA Malea di Sulawesi Tengah. Kehadiran dua PLTA ini menambah bauran EBT di sistem kelistrikan Sulawesi.
Foto: dok. PLN

Jakarta - Kalla Group yang merupakan perusahaan milik keluarga Jusuf Kalla terus mengembangkan energi baru terbarukan. Perusahaan ini menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia dengan kapasitas 2.060 megawatt. PLTA ini ditargetkan mengurangi emisi karbon sebanyak 16,7 juta ton.

Business Development Manager PT Poso Energy, Ismet Rahmad Kartono mengatakan, salah satu pembangkit miliknya yang sudah beroperasi adalah PLTA Poso Peaker berkapasitas 515 megawatt yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2022. Sebagai informasi, PT Poso Energy merupakan unit bisnis dari Kalla Group.

"Kalau kita kemarin yang sudah jalan itu, yang 515 di tahun 2022 kemarin," katanya dalam temu media di Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Sementara itu, PLTA Kerinci berkapasitas 350 megawatt di Kerinci, Jambi siap diresmikan tahun depan. Saat ini progres pengerjaannya sudah memasuki tahap konstruksi.

"Berikutnya kamia ada PLTA Kerinci 350 megawatt, ini sedang dalam tahap konstruksi yang targetnya 2025," tambah dia.

Kalla Construction Director, Kamaluddin menambahkan, pihaknya menyiapkan anggaran Rp 30 triliun untuk penyelesaian PLTA milik perusahaan. Di luar PLTA Poso Pekaer dan PLTA Malea yang sudah diresmikan, perusahaan memiliki proyek lainnya seperti PLTA Poso 3 (400 megawatt), PLTA Poso 4 (30 megawatt), PLTA Kerinci (350 megawatt), PLTA Mamuju Atas (90 megawatt), PLTA Mamuju Bawah (360 megawatt), dan PLTA BMS (225 megawatt).

"Itu kalau untuk pembangunannya kurang lebih Rp 30 triliun, kurang lebih ya," imbuh Kamaluddin.

Kalla Group kini fokus kepada tahap persiapan hingga pembangunan fasilitas seperti akses jalan masuk, konstruksi, hingga menunggu tender dari perusahaan. Meski begitu, perusahaan membuka peluang bekerja sama dengan industri lainnya, seperti hidrogen hingga smelter.

"Kalau ada proposal dari industri yang menarik, seperti hidrogen misalnya, pabrik hidrogen kan sekarang lagi hype, lagi ngetren. Atau smelter atau yang lainnya. Nanti kami coba kembangkan kira-kira arahnya ke mana," tutup Ismet. (ily/rrd)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat