matraciceni.com

Bapanas Sebut Efek Dolar AS Ngamuk ke Kedelai Baru Terasa 2 Bulan Lagi

Pekerja memproduksi tahu dari bahan kedelai impor di industri rumahan Kampung Muara, Kelurahan Pasir Jaya, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/6/2024). Produsen tahu di wilayah tersebut mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor dari sebelumnya Rp700 ribu per kwintal menjadi Rp1,2 juta per kwintal akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga produsen menaikkan harga tahu dari sebelumnya Rp600 per buah menjadi Rp800 per buah. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Foto: Antara Foto/ARIF FIRMANSYAH

Jakarta -

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan harga kedelai akan mengalami kenaikan seiring dengan menguatnya dolar AS terhadap rupiah. Dolar AS sendiri sempat menyentuh angka Rp 16.400an.

Namun, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono menyebut harga kedelai akan naik sekitar dua bulan lagi. Karena stok saat ini merupakan pembelian atau importasi 2 bulan lalu sebelum rupiah melemah terhadap dolar AS.

Jadi, Maino menuturkan, meski dolar AS menguat hari ini tidak serta merta langsung meningkatkan harga kedelai. Kedelai sendiri merupakan bahan pokok pembuatan tempe dan tahu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena harga jual hari ini tentu (kedelai) yang datang satu atau dua bulan yang lalu. Karena proses pendistribusian dari negara asal membutuhkan waktu satu sampai dua bulan, tergantung waktu perjalanan kapal. Artinya dampaknya tentu bisa dua bulan ke depan atau pembelian hari ini, Juli misalnya dengan kurs naik efeknya dua bulan ke depan, bulan-bulan Agustus," kata Maino kepada , Jumat (28/6/2024).

Saat ini harga kedelai secara rata-rata nasional di level Rp 10.500 per kilogram (kg). Setiap wilayah berbeda-beda harganya, seperti di Jawa berkisar Rp 10.100/kg, sementara di luar Jawa berkisar Rp 10.500 sampai Rp 10.700/kg.

ADVERTISEMENT

Maino mengatakan bila kurs dolar AS hari ini akan meningkatkan harga kedelai ke depan, dia berharap tidak akan melonjak sangat tinggi.

"Harga rata-rata nasional Rp 10.500 masih dalam kisaran Harga Acuan Pembelian (HAP) 12.000/kg. Harapannya kalaupun mengalami kenaikan, tidak melewati harga acuran Rp 12.000/kg," jelasnya.

Sementara Kementerian Perdagangan sebelumnya mengatakan, berdasarkan data CBOT, rata-rata harga kedelai internasional per Juni 2024 sebesar US$ 428,71/ton atau setara Rp 7.039/kg. Angka itu disebut menurun dari rata-rata bulan lalu sebesar US$ 442,76/ton atau setara Rp 7.121/kg.

"Kondisi harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 572,19 US$/ton atau setara Rp 8.544/kg," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Isy Karim kepada .

Pihaknya memperkirakan harga kedelai pada Juli 2024 berkisar US$ 427/ton dan Agustus 2024 berkisar US$ 420/ton, lebih rendah dari rata-rata kedelai Juni 2024.

Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) menyatakan bahwa menguatnya dolar AS akan berdampak kepada harga tempe dan tahu. Seperti ketahui sebagian besar bahan baku tempe dan tahu yakni kedelai didominasi berasal dari impor.

Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin mengatakan dampak dari menguatnya dolar AS kepada harga kedelai akan terasa di bulan depan sampai September. Karena saat ini stok kedelai yang ada merupakan hasil impor sebelum dolar menguat. Harga kedelai diprediksi akan naik bisa sampai antara Rp 12.000 per kilogram (Kg) sampai Rp 14.000/kg.

"Tren naik ini sudah kelihatan mulai sudah. Tetapi naiknya sedikit-sedikit. Bisa sampai seperti yang lalu (Rp 14.000/kg) antara dengan Rp 12.000/kg naiknya. Baru mulai bulan depan, Juli, Agustus, September, juga masih tinggi" jelas Aip kepada .

Simak juga Video: Ekonom: Dukung Produk Lokal Bisa Selamatkan Nilai Tukar Rupiah

[Gambas:Video 20detik]



(ada/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat