matraciceni.com

Kredit Masih Tumbuh, OJK Sebut Tak Ada Dampak dari Kelas Menengah Turun Kasta

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (ketiga kanan) dan Kepala Eksekutif Pengawas PEPK OJK Friderica Widyasari Dewi (keempat kiri) menghadiri peluncuran Peta Jalan Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen (PEPK) 2023-2027 di Jakarta, Selasa (12/12/23). Peta Jalan Pengawasan PEPK 2023-2027 bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang terliterasi, terinklusi dan terlindungi, serta menciptakan pelaku usaha jasa keuangan yang berintegritas. ANTARA FOTO/Humas OJK/YU
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar/Foto: ANTARA FOTO/HUMAS OJK

Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan dari sektor keuangan khususnya kredit perbankan tidak terdampak dari menurunnya angka kelas menengah.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar juga mengaitkan bagaimana dampak deflasi yang terjadi pada sektor keuangan. Menurutnya, meski secara bulanan terjadi deflasi, tetapi inflasi masih 1,95%.

"Pertama, kredit perbankan menyeluruh tumbuh 12,4%, pembiayaan perusahaan pembiayaan 10,53% semua naik pada Juli dari periode yang sama tahun lalu. Outstanding Juli ada mengalami pertumbuhan 23,97%, yang meningkat dibandingkan Juni 26,73%. Tentu ini menunjukkan pertumbuhan dan kinerja sektor keuangan terjaga baik," ungkapnya, dalam konferensi pers, Jumat (6/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan begitu, dia meyakini bahwa deflasi dan penurunan kelas menengah tidak mempengaruhi kinerja sektor jasa keuangan. Meski begitu, Mahendra tetap waspada agar dampaknya tidak terjadi.

"Deflasi, penurunan jumlah kelas menengah dilihat dari angka-angka sektor jasa keuangan nampaknya belum memperlihatkan dampak yang signifikan. Tentu kita berharap hal itu tidak akan terjadi. Malah kita berharap kinerja sektor jasa keuangan dan perekonomian dapat terjaga baik," terangnya.

ADVERTISEMENT

Pihaknya bersama pemerintah juga akan terus melakukan berbagai upaya agar perekonomian dan kinerja sektor jasa keuangan terjaga. Mahendra menyebut tentu yang harus dijaga adalah daya beli masyarakat.

"Untuk mengantisipasi kemungkinan potensi negatif, hal hal tadi, pemerintah bekerja sama dengan kami melalui forum KSSK, berupaya untuk stabilitas sektor keuangan tetap terjaga dan perubahan kelas menengah yang belakangan ini disoroti," pungkasnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan bukti bahwa jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir. Mayoritas dari mereka turun kelas hingga membuat jumlah masyarakat yang rentan miskin membengkak.

Berdasarkan catatan BPS, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta jiwa pada 2024 atau setara dengan 17,13% proporsi masyarakat di Tanah Air. Jumlah itu menurun dibandingkan 2019 yang mencapai 57,33 juta jiwa atau setara 21,45% dari total penduduk.

"Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari pandemi COVID-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (28/8/2024).

(ada/ara)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat