matraciceni.com

Cegah Bank Bangkrut, OJK Siapkan Pedoman Ini

Ilustrasi Bank atau Perbankan
Ilustrasi bank- Foto: Infografis /Mindra Purnomo

Jakarta -

Jumlah bank bangkrut di Indonesia pada 2024 mengalami lonjakan. Hingga Juni 2024, ada 12 bank bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Deputi Direktur Direktorat Pengembangan Perbankan OJK Zulkifli Salim mengatakan OJK telah menyiapkan pedoman resiliensi digital atau digital resilience guideline. Dia bilang dalam pedoman tersebut tidak hanya membahas ketahanan dari sisi siber, tapi juga daya saing produksi perbankan.

"Kami Departemen Pengaturan dan Perkembangan Perbankan (DPPP) itu tengah menyusun mungkin dalam waktu dekat, tiga minggu satu bulan ke depan digital resilience guideline. Teknologi itu tidak hanya membahas resiliensi di sisi siber attack. Tapi, ada side yang lain resiliensi dari sisi product competitiveness," kata Zulkifli dalam acara Digital Bank Summit, Jakarta, Selasa (23/7/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, dia menjelaskan kasus perbankan yang bangkrut bukan hanya terkena serangan siber. Namun, juga ada pengaruh dari kompetitif produk, seperti salah satu bank di Inggris, MoBank.

"Banyak kasus perbankan yg jatuh bukan hanya siber attack. Contoh di UK ada MobBank. Itu shareholder-nya Royal Bank of Scotland. Kurang besar apa itu, tapi ternyata nggak sukses. Ternyata customer engagement-nya kurang. Jadi ada resiliensi dari produk kompetitif," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, pihaknya juga tengah menyusun pedoman tata kelola pengguna teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) pada perbankan. Dia menyebut ada beberapa kasus penggunaan AI di perbankan yang justru tidak adil.

"Program kami juga tahun ini sedang menyusun AI guideline untuk banking Indonesia. Untuk perbankan ada beberapa kasus pengguna AI di luar negeri yang tidak fair. Makanya di Singapura sudah ada kaya fairness accountability and transparency dalam penggunaan AI," jelasnya.

Dia menekankan pihaknya tidak ingin penggunaan AI dalam perbankan justru menimbulkan masalah dan mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Dia mencontohkan, kasus penggunaan AI di Amerika Serikat. Di mana hanya ras-ras tertentu yang dapat pendanaan lebih kecil dibandingkan ras lainnya.

"Misalnya contoh di AS untuk ras tertentu, misalnya black people itu kemungkinan dapat kredit lebih slim dibandingkan yang western. Kami tidak mau penggunaan ai nanti justru untuk mengabaikan prinsip tadi," ucapnya.

Simak juga Video 'Alasan Masyarakat Berpendidikan Tinggi Masih Terjebak Investasi Bodong':

[Gambas:Video 20detik]



(kil/kil)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat