matraciceni.com

Ambisi Prabowo Kembangkan BBM Solar Sawit Terancam Gagal Kalau Tak Lakukan Ini

Pekerja membongkar muat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk di Mamuju Tengah , Sulawesi Barat, Rabu (11/08/2021). Harga TBS kelapa sawit tingkat petani sejak sebulan terakhir mengalami kenaikan harga dari Rp1.970 per kilogram naik menjadi Rp2.180  per kilogram disebabkan meningkatnya permintaan pasar sementara ketersediaan TBS kelapa sawit berkurang. ANTARA FOTO/ Akbar Tado/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/AKBAR TADO

Jakarta -

Presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai ambisi pengembangan bahan bakar campuran minyak sawit atau biodiesel, termasuk B50. Ambisi ini tidak akan tercapai jika tidak mengatasi sejumlah kendala.

Wakil Ketua Dewan Pengawas Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) Sofyan Djalil mengatakan ambisi besar tidak akan tercapai jika persoalan tingkat produktivitas minyak sawit tidak meningkat. Dia pun mengapresiasi keinginan Prabowo untuk meningkatkan penggunaan biodiesel dalam negeri.

Prabowo menargetkan B50 dapat disalurkan paling lambat tahun depan. Hal ini disampaikannya saat acara penutupan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya, karena Pak Presiden terpilih sangat bersemangat. Itu saya berterima kasih sekali. Masyarakat sawit dan petani sawit sangat senang dengan komitmennya Pak Prabowo untuk meningkatkan penggunaan biodiesel dalam negeri. Tetapi yang jadi masalah adalah ambisi keinginan yang besar itu tidak akan bisa tercapai kalau persoalan tingkat produktivitas tidak terselesaikan, tidak meningkat," kata Sofyan saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024).

Dia menjelaskan peningkatan produktivitas dapat gagal apabila tidak berhasil dalam melakukan peremajaan sawit, terutama di sawit rakyat. Menurutnya, tanaman sawit rakyat butuh penanaman kembali atau replanting.

ADVERTISEMENT

Masalahnya, sawit rakyat tengah mengalami kendala terkait ketidakjelasan status lahan dan dana untuk peremajaan. Saat ini pemerintah memang telah menggelontorkan dana peremajaan sawit rakyat (PSR) dari Rp 30 juta menjadi Rp 60 juta. Dia menilai dana tersebut akan cukup apabila pemerintah memberikan status lahan yang jelas kepada petani sawit rakyat.

"Kalau tidak diselesaikan masalah lahan, maka program PSR tidak bisa tercapai. Kalau tidak bisa tercapai program PSR, produktivitas kita tidak meningkat. Itu 41%, sekitar hampir 7 juta hektare adalah sawit masyarakat yang perlu replanting, perlu peremajaan. Peremajaan tidak bisa dilakukan, salah satu adalah persoalan lahan yang tidak clean and clear. Itu persoalan," terangnya.

Selain itu, dia bilang pengembangan biodiesel B40 hingga B60 bisa terlaksana apabila ada pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Namun, badan tersebut hanya mendapatkan sumber penerimaan dari pungutan ekspor. Saat ini, BPDPKS masih mampu membiayai untuk program B40. Namun, dia bilang dana tersebut makin menipis.

"Tapi kan tadi Pak Eddy bilang sekarang masih ada cadangan cukup banyak uang oleh BPDPKS sehingga B40 bisa terbiayai sampai tahun depan. Tapi setelah itu cadangan itu sudah tidak ada lagi, harus kita pikirkan. Produksi meningkat maka B40, B50, B60 bisa, sangat tergantung karena penggunaan itu meningkat berarti produksi juga harus meningkat. Tapi, kalau produksi tetap, begini harus kita korbankan yang lain, yang bisa kita korbankan adalah ekspor," jelasnya.

Simak Video: Airlangga: Dana PSR Bagi Pekebun Sawit Bakal Dinaikkan Jadi Rp 60 Juta

[Gambas:Video 20detik]



(das/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat