matraciceni.com

Dampak Mengerikan buat RI Jika Dolar AS Terus-terusan Gencet Rupiah

Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).
Ilustrasi nilai tukar Dolar AS menguat terhadap Rupiah.Foto: Andhika Prasetia

Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) sedang kuat-kuatnya menggencet Rupiah. Sudah berminggu-minggu nilai tukar Dolar AS meninggalkan level Rp 15.000-an.

Beberapa waktu terakhir, Dolar bertengger di level Rp 16.000-an. Paling tinggi, Dolar sempat tembus level Rp 16.400.

Para ekonom menilai imbas menguatnya dolar AS adalah kenaikan harga barang-barang impor. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyatakan masyarakat sebagai konsumen akan melihat harga-harga barang melonjak bila Dolar tak kunjung jinak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentu saja kalau terjadi pelemahan akan membuat barang barang impor lebih mahal artinya ini akan akibatkan ekonomi biaya tinggi bagi konsumen dalam negeri yang membeli barang impor naik. Ini juga akan dirasakan industri yang impor bahan baku dari luar negeri," ujar Faisal kepada , Minggu (16/6/2024).

Sektor yang terdampak penguatan Dolar AS antara lain farmasi, otomotif, dan elektronik, tekstil, hingga pangan

ADVERTISEMENT

"Yang rawan itu yang paling besar ketergantungan impornya, selama ini kan obat-obatan farmasi, industri manufaktur, seperti otomotif dan elektronik juga lumayan banyak bahan baku dan industri penolongnya," jelas Faisal.

Senada, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda menilai menguatnya Dolar AS akan membuat harga barang-barang di Indonesia makin mahal. Salah satunya bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya. Indonesia adalah negara importir minyak dan BBM yang pembeliannya dalam Dolar AS

Bila Dolar AS terus menguat maka harga minyak melonjak, seiring dengan itu subsidi terpaksa dipangkas dan ujungnya harga BBM naik.

"Imported inflation meningkat, harga BBM biasanya yang akan dikorbankan," terang Nailul Huda kepada

Jika kondisi di atas yang terjadi, menurut Nailul daya beli masyarakat tergerus dan pertumbuhan ekonomi melambat, serta kemiskina bertambah.

"Inflasi dalam negeri akan naik signifikan. Daya beli tertekan, pertumbuhan ekonomi terhambat. Kemiskinan akan semakin meningkat," tutur Nailul Huda.

Sementara menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS bisa berdampak ke APBN, yaitu belanja pemerintah membengkak. Misalnya, belanja energi dan pertahanan yang kental dengan impor.

Selain itu Pemerintah membayar cicilan utang dan bunga dalam mata uang Dolar lebih mahal. Alhasil, ruang fiskal anggaran negara jadi makin mengecil.

"(Belanja) APBN jadi lebih bengkak karena asumsi dolar AS dipakai untuk belanja pemerintah yang terkait impor dan cicilan utang serta bunga menjadi lebih tinggi. Artinya, ruang fiskal mengecil dan sektor riil terdampak karena belanja pemerintah berkurang," tutur Esther.

Jokowi waswas di halaman berikutnya. Langsung klik

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat