matraciceni.com

Serangan Israel ke Rafah Jadi Biang Kerok Dolar AS Tembus Rp 16.200, Kok Bisa?

Rupiah semakin melemah di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus Rp 16.178 siang ini, Selasa (16/4/2024).
Foto: Andhika Prasetia

Jakarta -

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali anjlok. Mata uang Paman Sam kini berada di level Rp 16.200-an.

Mengutip data RTI, Kamis (30/5/2024), dolar AS pagi ini tercatat bertambah 87 poin atau naik 0,54% ke level Rp 16.246. Dolar AS berada di level tertingginya pada Rp 16.246 dan terendahnya Rp 16.154.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penyebab nilai tukar rupiah kembali melemah lantaran banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya serangan Israel yang membabi buta di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Ibrahim menyebut serangan Israel ini terus mendapatkan dukungan dari AS dengan mengirim senjata ke negara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski mendapat kecaman dari mata dunia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana tetap melakukan penyerangan hingga akhir tahun 2024.

Konflik ini yang membuat situasi global tak menentu dan membuat arus mata uang asing kembali ke AS. Dampaknya dolar AS semakin menguat.

ADVERTISEMENT

"Konflik timur tengah pasca Israel melakukan penyerangan di Rafah ini mendapatkan kecaman-kecaman cukup luar biasa. Apalagi pengadilan internasional sudah memberikan satu ultimatum terhadap Israel agar tidak menyerang Rafah, tapi kenyataannya sampai saat ini Israel masih terus melakukan penyerangan dan didukung oleh Amerika. Ini yang sebenarnya membuat dolar semakin menguat lebih lama," kata Ibrahim kepada , Rabu (30/5/2024).

Di sisi lain, bank-bank sentral di Eropa akan tetap mempertahankan suku bunganya. Hal ini berarti, mereka mengetahui Bank Sentral AS, The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya.

"Bank sentral Eropa akan mempertahankan suku bunga berarti tahu Bank Sentral AS tidak menurunkan suku bunga. Ini yang membuat dolar terus mengalami penguatan sehingga berdampak negatif terhadap mata uang rupiah dari segi eksternal," jelasnya.

Senada dengan Ibrahim, Analis Komoditas Ariston Tjendra Pengamat Pasar Uang mengatakan penguatan dolar kali ini didorong adanya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS menurun. Ini artinya, bank sentral tersebut diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan.

"Konflik yang kembali memanas di Timur Tengah juga mendorong penguatan dollar AS. Serangan ke kapal komersial di Laut Merah karena konflik Israel-Hamas bisa menyebabkan gangguan suplai yang bisa mendorong kenaikan inflasi lagi," kata Tjendra.

Tjendra menjelaskan tekanan rupiah akan terus berlanjut apabila market atau pasar melihat The Fed membuka peluang menaikan suku bunga acuan. Selain itu, apabila konflik Timur Tengah masih terus bergejolak dan semakin memanas, semakin mendorong dolar menguat

"Jadi sekarang ini pergerakan rupiah dollar ini sangat bergantung pada ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS dengan mengacu pada rilis data inflasi AS. Apalagi kalau konflik Timur Tengah yang sekarang ini bisa mendorong inflasi global naik, dollar bisa tambah kuat," imbuhnya.

(das/das)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat