matraciceni.com

Sri Mulyani Wanti-wanti Dampak Buruk Konflik Iran Vs Israel

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengumumkan APBN masih surplus Rp 22,8 triliun per 15 Maret 2024. Pengumuman disampaikan dalam jumpa pers di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (25/3/2024).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengumumkan kondisi APBN.Foto: Agung Pambudhy

Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti dampak konflik Israel-Iran. Menurutnya, tensi geopolitik global itu berpotensi memperburuk kondisi ekonomi global dan nasional.

Sri Mulyani mengatakan, konflik geopolitik ini menjadi salah satu pokok pembahasan dalam Spring Meetings 2024 IMF-World Bank yang dihadirinya pekan lalu. Hal ini masih dan bahkan menjadi headline dari pembahasan bersama para pemimpin dunia.

"Dunia secara geopolitik tensinya tidak menurun atau justru cenderung meningkat dan ini menciptakan risiko spill over ke perekonomian dunia," kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketegangan di Timur Tengah akibat konflik Israel-Iran menurutnya akan memberikan dampak kepada ekonomi secara signifikan. Hal ini baik dari segi peningkatan harga komoditas, nilai tukar mata uang, inflasi, hingga suku bunga global yang dipengaruhi oleh Federal Funds Rate.

"Ketegangan antara Iran-Israel meningkat bahkan terjadi ada military operation terbatas. Meskipun kita tetap berharap dan semoga ini adalah komitmen yang akan dijalankan kedua belah pihak, berusaha menghindarkan perang secara terbuka dan all out. Namun ketegangan itu dan bahkan tempat konflik militer terjadi harus diwaspadai," terang Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Selain itu Sri Mulyani membeberkan dampak terhadap harga minyak. Harga minyak sempat menembus angka US$ 90 per barel namun kembali terkoreksi di bawah US$ 90 per barel untuk harga minyak Brent. Sekarang posisi terakhir adalah US$ 88 per barel.

"Secara year-to-date (ytd) harga minyak ini 14,3% jadi memang ada kecenderungan perlambatan kenaikan harga minyak antar Januari-Maret, bahkan sampai April ini. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena adanya ketegangan geopolitik atau di Timur Tengah," jelasnya.

Begitu pula dengan minyak keluaran WTI, harganya sedikit di bawah Brent namun kecenderungannya sama. Kenaikannya di 17,5% ytd Januari-April 2024. Selain itu, menurutnya RI juga tetap perlu waspada untuk border disruption dari rantai pasok terutama di minyak dan gas karena kondisi di kawasan masih penuh gonjang-ganjing.

"Kecenderungan harga minyak tinggi akan mempengaruhi APBN dan perekonomian kita dan kemudian menyebabkan tekanan inflasi," imbuhnya.

Ekonomi global diramal stagnan di halaman berikutnya. Langsung klik

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat